Pesantren Ramadan Virtual UMI: Pentingnya Menjaga Kesehatan

MAKASSAR, DIKITA.id – Memasuki puasa ke-19, Pentingnya Menjaga Kesehatan menjadi topik utama yang dibahas pada Pesantren Ramadan Virtual UMI, Selasa sore (12/5/2020). Narasumber adalah Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI Dr Suharni Andi Fachrin SKM MKes dengan Host Dr H M Ishaq Shamad MA dan Dr Hj Nurjannah Abna MPd. Hadir pula sejumlah peserta dari siswa SLTA dan mahasiswa.

Dalam video virtual yang ditayangkan, Dr Suharni menjelaskan bahwa kesehatan sebagai rahmat dari Allah Swt. Tanpa kesehatan, maka manusia tidak dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Ada ungkapan yang mengatakan “dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat, sehingga membuat pikiran dan tubuh sehat. Jika memiliki tubuh yang sehat, akan menjadikan manusia bisa berkonsentrasi dengan lebih baik pada saat belajar maupun saat beribadah dan bekerja. “Tubuh yang sehat menyebabkan otak bisa bekerja dengan baik,” jelasnya.

Host Dr M Ishaq Shamad menambahkan, disinilah pentingnya puasa yang bisa membuat manusia memiliki kesehatan yang baik. Sebagaimana Rasulullah bersabda “Suumuu Tashihhuu”, artinya berpuasalah supaya kamu sehat. “Puasa yang membuat sehat, adalah puasa yang dilaksanakan dengan penuh semangat, keikhlasan dan kesabaran, sehingga puasa sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi hanya sekedar kewajiban,” paparnya.

Kiat-kiat konsumsi buka puasa agar tetap sehat

Host Dr Nurjannah Abna mempertanyakan bagaimana kiat-kiat agar dalam mengkonsumsi buka puasa, sehingga menjadikan orang yang berpuasa tetap sehat. M Ishaq Shamad yang juga Ketua UPT Pengembangan Karakter dan Dakwah UMI menjelaskan disinilah pentingnya mengatur makanan/minuman yang dikonsumsi. Sebagaimana Rasulullah membagi isi perut 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman, dan 1/3 untuk udara/bernafas, sehingga ketika berbuka puasa, sebaiknya menggunakan ronde.

Ronde pertama saat azan maghrib, makan makanan ringan/minuman yang manis-manis. Ronde kedua, setelah salat maghrib makanan pokok, dan bisa ditambah ronde ketiga setelah selesai salat tarawih. “Dengan begitu lambung tidak bekerja keras setelah sekian jam istirahat,” jelasnya.

Seorang peserta, Rahmat mempertanyakan bagaimana menyikapi salat Idul Fitri di masa pandemik Covid-19, apakah boleh salat Idul fitri di rumah? Dr M Ishaq Shamad menjelaskan, dalam keadaan darurat kesehatan seperti sekarang ini, ulama membenarkan untuk salat Idul Fitri di rumah. Bisa dilaksanakan sendirian sebanyak 2 rakaat, dengan 7 kali takbir di rakaat pertama dan 5 kali takbir di rakaat kedua.

Namun jika berjamaah (3 orang atau lebih), maka 1 orang laki-laki bisa bertindak sebagai khatib. Cukup simpel baca khutbah, asalkan terpenuhi 6 syarat sahnya. Yakni menyebutkan puji-pujian (hamdaalah), syahadat, shalawat, pesan taqwa, doa untuk kaum muslimin dan muslimat, dan tertib. “Walaupun hukum salat Idul Fitri adalah sunat, tetapi tidak ada alasan untuk tidak mengerjakannya untuk merayakan kemenangan melawan hawa nafsu,” tegasnya.

image_pdfimage_print
Spread the love

Komentar