Komitmen Majukan Komuditas Pertanian Sulbar

MAMUJU, DIKITA.id – Balai Karantina Pertanian Kelas II Mamuju ikut memperingati Hari Karantina Pertanian ke-144 disalah satu hotel Mamuju, Jalan Yos Sudarso, via streaming YouTube.

Upacara Peringatan Hari Karantina Pertanian ke-144 diselenggarakan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dihadiri langsung Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, Senin (18/10).

Manajer Pelayanan Karantina Pertanian Mamuju, dr. Hewan, Indra Dewa, menuturkan fokus di hari ulangtahun ke-144 Karantina Pertanian sesuai arahan Menteri Kementerian adalah meningkatkan dan menjaga layanan karantina yang berkualitas.

Itu memenuhi hal tersebut kemampuan profesional sumber daya manusia (SDM) di Karantina Pertanian Mamuju telah dilatih sesuai dengan bidang masing-masing.  Sehingga nantinya, capaian yang akan dicapai sesuai dengan konsep Kementerian Pertanian dengan arah kebijakan badan Karantina.

“Amanah yang diberikan terkait dengan gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks) yang beberapa waktu lalu oleh Bapak Presiden mengamanahkan untuk tahun 2021, kita sekirar 400 triliun capaian di masa Pandemi.  Nah target 2022 tentu tiga kali lipat nya. Nah untuk mencapai itu tentu menggerakkan seluruh masyarakat dan tentu bersinergis dengan pemerintah daerah,” kata Indra Dewa.

“Ini juga yang disampaikan Pak Menteri bagaimana memberdayakan masyarakat bagaimana bersinergi tentu adalah tugas kita semua,” sebutnya.

Dia mengungkapkan, di Sulbar beberapa komuditas pertanian berkualistas ekspor namun belum tersentuh sepenuhnya. Ada beberapa yang sudah merekainventarisir seperti tanaman Porang di Majene, Kopi di Kabupaten Mamasa, Kakoao di Polman dan Sarang burung walet (SBW) di Pasangkayu yang dinilai memiliki harga yang sangat fantastis. Namun saat ini, hanya komunidtas Sawit yang bisa di ekspor. “Yang sudah berjalan saat ini adalah minyak sawit yang pangsa pasar nya saat ini sudah luar biasa.,” sebutnya.

Katanya untuk komuditas pertanian selain sawit, pelaku usaha di Sulbar saat ini hanya mengirim ke daerah tetangga seperti Palu dan Makassar. Katanya, yang menjadi kendala di Sulbar sehingga beberapa komunitas strategis itu tidak terekspor keluar dikarenakan infrastrukturnya yang belum memadai.

“Pelabuhan ekspor kita yang sesuai dengan standar internasional itu belum ada. Saat ini kita jujur saja, mereka (pelaku usaha) lewat domestik karena uangnya mau berputar cepat,” ungkapnya.

Olehnya itu pihaknya juga bakal menggenjot Pemerintah Provinsi agar segera memabangun infrastruktur ekspor sehingga lalulintas para eksportir dapat  dimudahkan. “Kita punya tim yang memang bernegosiasi dengan negara-negara yang menjadi tujuan. Seperti Porang dan Sarang Burung Walet,”ujarnya.

image_pdfimage_print
Spread the love

Komentar