Alasan Kuota BPJS APBD Terbatas, Anak Meninggal Dalam Kandungan Terkendala Biaya Rumah Sakit

MAMUJU, DIKITA.id – Alasan Kuota BPJS bagi penduduk yang ditanggung APBD telah habis, seorang warga Desa Leling Barat, Kecamatan Tommo, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, tak dapat berobat ke rumah sakit lantaran tak punya biaya.

Hal ini dialami oleh Ibu Ika Musliha (37), usai dinyatakan bahwa anak yang dikandungnya telah meninggal didalam perut.

Sebelumnya, Ika Musliha (37) yang tengah hamil besar itu rutin memeriksakan kandungannya di salah satu Puskesmas dan akhirnya diminta untuk dirujuk ke Rumah Sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

“Kami sudah bolak-balik selama seminggu ini untuk memeriksa kandungan istri saya, dan akhirnya dinyatakan meninggal dalam kandungan,” kata Misyani Sentawan, suami Ika Musliha.

Misyani Sentawan (47) menjelaskan, dirinya telah mengurus sejumlah berkas untuk kelengkapan mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS (PBI), namun sayanganya kuota BPJS APBD ini dinyatakan telah habis.

“Karena tak punya biaya, Saya mengurus SKTM dari desa pak, tapi begitu sampai di dinas Sosial kabupaten Mamuju, malah disampaikan kalau kuota BPJS APBD itu sudah full, saya kemudian ke dinas Kesehatan tapi juga dikatakan sudah tidak ada anggaran,” katanya.

Kepala BPJS Mamuju, Indira menjelaskan bahwa BPJS bagi penduduk yang ditanggung oleh APBD kabupaten itu memang terbatas, sebab jumlahnya menyesuaikan dengan kekuatan keuangan daerah.

“Sampai hari ini memang belum ada penambahan kuota BPJS yang ditanggung APBD Mamuju, sebab dalam Perpres memang dikatakan itu menyesuaikan dengan kekuatan keuangan daerah,” kata Indira, Selasa (08/09/20).

Namun dirinya menjelaskan, bagi masyarakat tidak mampu yang belum tercover dalam BPJS yang bersumber dari APBD, dapat diusulkan melalui dinas sosial untuk dimasuk sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang bersumber dari APBN, namun waktunya tentu cukup lama, sebab ini kewenangan kemensos menentukan apakah kepesertaannya dapat diakomodir atau tidak.

Lebih lanjut, Misyani Sentawan bercerita, Ia kemudian meminta kepada kerabatnya untuk memasukkan keluhannya itu ke media sosial untuk mengundang perhatian para dermawan.

“Alhamduulillah, banyak yang simpati kepada kami dan membantu kami,” ucap Misyani.

“Ibu Sutinah menjamin biaya operasi istri saya, kami sekeluarga sangat berterima kasih dan bersyukur atas bantuan ini, begitu juga dengan para dermawan yang lain,” demikian Misyani. (*/rfa)

image_pdfimage_print
Spread the love

Komentar