Among Us

Oleh : Iyun Na

Indonesia adalah negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Aku salah satu warga di negara itu. Namaku Piona Lembayung dan semua orang menyapaku ‘Pio’ (kalian pun boleh melakukan hal yang sama), usiaku tujuh belas tahun. Kini tengah menempuh pendidikan di salah satu sekolah kejuruan yang terletak di ibu kota negara ini–SMK Senjakala.

Mau kuberitahu sebuah rahasia besar? Mendekatlah, biar kubisikkan rahasia itu.

Sebenarnya… aku bukanlah manusia.

Kau terkejut? Aku tak peduli. Lagipula tak ada yang akan percaya jikapun kamu memberi tahu semua orang tentang diriku yang bukanlah manusia.

Aku seorang gumiho. Kau tahu apa itu gumiho? Yah, manusia setengah rubah dan yah, aku memiliki sembilan ekor. Buluku berwarna putih cerah dan akan tampak berkilau jika berada di bawah sinar rembulan saat aku berubah wujud. Aku hanya akan berubah wujud tiap malam purnama. Selain itu? Aku tetap akan berwujud seperti manusia normal lainnya.

“Pio!” Ah itu suara Kimi yang memanggilku. Aku segera menoleh padanya yang terlihat sedang kelelahan akibat berlari.

“Ada apa, Kim?” tanyaku padanya, “kau tidak sedang latihan untuk pendaftaran ABRI ‘kan?”

Remaja lelaki itu terkekeh disela napasnya yang tersenggal-senggal. “Kau gila? Mana mungkin aku latihan di siang bolong begini?”

“Yah, siapa tahu,” jawabku cuek. Aku mengalihkan perhatianku pada panggung pensi yang akan diadakan besok. Kini aku dan Kimi berada di sudut lapangan, yang kebetulan lapangan itu akan digunakan untuk berlangsungnya acara pensi.

“Madam Arindah merekomendasikanmu untuk menjadi peserta lomba cosplay baju adat daerah,” ucap Kimi yang tentu saja membuat mataku nyaris keluar dari tempatnya.

“Apa maksudmu?” Aku tertawa pelan lantas kembali berkata, “apa Madam Arindah sedang bercanda? Oh, ayolah, banyak kandidat lain yang bisa ia gunakan. Aku tak tertarik.” Kuperhatikan wajah Kimi yang tampak datar-datar saja.

“Baiklah jika itu maumu. Jangan heran jika nilaimu di mata pelajaran beliau tidak memuaskan,” cetusnya lalu berjalan menjauh. Aku terpaku, nilaiku lagi-lagi menjadi ancaman? Ha, benar-benar manusia ini. Mereka itu membuat hal-hal menjadi ribet saja.

“Sial.”

-oOo-

Sebuah kabar buruk, aku kini mengiyakan usulan Madam Arindah. Perihal agar akulah yang menjadi peserta cosplay baju adat daerah, sebagai perwakilan kelas XI. TAV. B. Dengan berat hati, siluman rubah ini harus mengikuti lomba cosplay (karena nilai yang terancam, sedih jika mengingatnya).

Kupandangi tampilanku berkali-kali di depan cermin besar yang berada di ruang ganti. Cantik dan menarik. Aku memilih memakai pakaian adat Aceh. Jujur … aku terlihat perfect. Meskipun sedikit ribet, tapi tak apalah, setidaknya aku bisa menyabet juara jika berpenampilan begini.

Oh iya, acara cosplay akan dimulai pada malam hari nanti jam delapan malam. Sekarang masih jam tujuh malam. Jadi, masih ada waktu satu jam untukku kembali memoles penampilanku agar semakin menarik.

Aku jadi penasaran dengan penamilan peserta lainnya. Pasti sangat unik! Soalnya, kalian tahulah … Indonesia itu kaya akan keberagamannya: mulai dari suku, bahasa, pakaian, adat dan sebagainya. Aku jadi sangat bangga sebagai gumiho yang berstatus warga Indonesia.

Tak terasa sejam berlalu dan tibalah waktu lomba cosplay baju adat di mulai. Aku keluar dari ruang ganti yang sebenarnya adalah ruang kelasku. Aku di dampingi oleh Madam Arindah dan Mister Nao (mereka partner sehidup semati/suami-istri) menuju ke belakang panggung. Setiba kami di belakang panggung. Mataku berkilat-kilat kagum melihat pakaian yang dikenakan peserta lain dari berbagai kelas dan jurusan. Mereka menakjubkan! Ah, aku merasa sedikit insecure.

Mataku bekali-kali memandangi gadis yang memakai pakaian adat Dayak. Aku benar-benar menyukai pakaiannya. Ah, seandainya kemarin aku memilih pakaian itu, pasti akan sangat cocok dengan image-ku.

Sungguh, aku dibuat jatuh cinta berkali-kali dengan negara ini. Dengan keberagamannya yang tentu memanjakan mata.

Nomor urut peserta satu demi satu terpanggil. Hingga tiba giliranku tepat pada jam sepuluh malam. Dan aku melupakan satu fakta.

Malam ini bulan purnama, dude!

“Wah, anak didik Madam Arindah penampilannya sangat memukau,” seru salah satu guru, saat aku mulai berjalan anggun di atas karpet merah.

Hingga satu pekikan dari penonton menghentikan langkahku. “Dari mana Pio mendapatkan ornamen ekor sembilan di belakang pakaian itu!”

Nyatanya, di antara kita … pasti akan muncul sebuah kebenaran yang tidak seharusnya nampak. Sial, aku harus pindah negara! Padahal aku cinta Indonesia dan semua keberagamannya, batinku penuh kedongkolan.

Tamat.

image_pdfimage_print
Spread the love

Komentar