GMKI dan GMNI Sepakat Tolak Rencana Kenaikan BBM

MAMASA, DIKITA.id – Pemerintah berencana untuk menaikkan Harga Bahan Bakar (BBM) Subsisi pertalite dan solar.

Alasan pemerintah menaikkan BBM, disebabkan harga BBM subsidi saat ini telah membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Rp. 502 triliun

Hal tersebut, mendapat penolakan dari berbagai pihak termasuk Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Mamasa dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Mamasa, dengan alasan mestinya pemerintah memperhitungkan sasaran, manfaat, tepat guna, dan mempertimbangkan penerapan anggaran subsidi BBM Tahun 2022, agar lebih dinikmati kelompok masyarakat yang tidak mampu

Ketua GMKI Cabang Mamasa, Yermia mengatakan, pemerintah harus menyiapkan anggaran subsidi energi BBM dan membuat regulasi yang mengatur daya beli masyarakat, dengan maksud realisasi subsidi tepat sasaran, karna BBM merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari.

Ia mengatakan, seiring peningkatan kebutuhan energi, pemerintah menerapkan subsidi barang diikuti kenaikan harga barang, diikuti pula lonjakan harga kebutuhan lain yang sering berdampak pada harga pangan dan sembako.

“Sejak Tahun 2017-2022, subsidi barang yang diterapkan pada BBM dianggap tidak tepat sasaran,” kata Yermia, 27 Agustus 2022.

Sasaran penerapan subsidi BBM kata Yermia, malah ditandai dengan daya beli masyarakat yang sangat tinggi.

“jadi, kenaikan harga BBM tentu akan mengganggu pertumbuhan ekonomi masyarakat,” tandasnya.

sementara itu, Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Mamasa, Rihardes mengatakan, rencana kenaikan harga BBM jenis pertalite tentu akan memberatkan masyarakat kecil. Sehingga, rencana kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM tidak tepat.

“Rencana pemerintah menaikkan harga BBM bukanlah langkah tepat,” kata Rihardes.

Ia mengatakan, dengan melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat pasca pandemi Covid-19 yang belum benar-benar stabil, tentu akan menjadi beban jika pemerintah menaikkan BBM.

“Apalagi BBM jenis pertalite kebanyakan dipakai oleh masyarakat kelas ekonomi menengah kebawah,” pungkasnya.

wa/rfa

image_pdfimage_print
Spread the love

Komentar