Pelayanan RS Regional Dinilai Buruk, Ipmapus Cabang Mamuju Minta Direktur Dievaluasi

MAMUJU, DIKITA.id – Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Pitu Ulunna Salu (IPMAPUS) Cabang Mamuju mengecam insiden yang terjadi di RS Regional Sulbar.

Pasalnya, pihak RS Regional Sulbar dinilai tidak memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien.

Pasien tersebut seakan-akan ditelantarkan dan tidak mendapat perhatian serius dari pihak RS Regional Sulbar.

Ketua IPMAPUS Cabang Mamuju, Akbar menganggap, pihak RS Regional Sulbar sudah menunjukkan perlakuan yang tidak manusiawi.

“Padahal RS Regional Sulbar ini salah satu rumah sakit rujukan yang seharusnya memberikan pelayanan yang prima,” kata Akbar.

Ia mengungkapkan, pelayanan di RS Regional Sulbar bukan yang pertama kali menjadi keluhan masyarakat.

“Sehingga, PJ Gubernur Sulbar melalui Dinas Kesehatan harus mengevaluasi Direktur RS, bahkan kalau perlu dicopot,” katanya.

Selain Direktur RS Regional Sulbar, tenaga pelayan juga perlu dievaluasi.

“Pelatihan mental untuk para pegawai RS Regional Sulbar, perlu ditingkatkan karna harus mereka sadar bahwa mereka menjadi pelayan pablik,” ujar Akbar.

Apalagi, kata Akbar, RS Regional Sulbar kebanyakan melayani orang dengan beban fikiran yang tinggi, karna mungkin kondis keluarga yang sakit.

“Pada intinya Direktur RS Regional Sulbar dan semua pegawai yang ada harus dievaluasi,” ungkapnya.

Untuk diketahui, sebelumnya salah seorang keluarga pasien, Abdul Latif mengeluh akibat pelayanan pihak RS Regional Sulbar yang tidak baik.

Abdul Latif keluarga pasien menuturkan, orang tuanya inisial AH (77) yang sempat dirawat 4 hari lalu di IGD RS Regional Sulbar telah dipulangkan karena akan dirawat jalan dan kembali pada tanggal 17 April 2023 sesuai dengan jadwal kontrolnya.

“Pada saat kami tiba di RS, kami meminta kursi roda karena kondisi orang tua kami tak mampu untuk berjalan, tapi saat itu tak satupun kursi roda yang diberikan,” kata Abdul Latif, Senin (17/4/23).

Karena pasien terus merasa kesakitan, ia pun berpencar untuk mencari kursi roda, namun pada saat salah satu cucu pasien mendapati kursi roda tidak terpakai diruang IGD untuk pinjam tapi tidak juga diberikan dengan alasan kursi roda itu hanya bisa digunakan untuk pasien IGD, kami justru diminta mencari di Poli yang sudah jelas disana tidak ada satu pun yang kosong, lanjut Abdul Latif.

“Karena kebingungan kami pun bertanya lagi karna pasien sudah terlalu lama diatas mobil, pihak security hanya bilang tunggu saja dulu pak karna full didalam,” tutur Abdul Latif

Karena sudah begitu lama menunggu, akhirnya pasien yang terus merasa semakin kesakitan pun meminta untuk dibaringkan. kami pun membaringkan pasien dilantai teras luar RS Regional dengan hanya beralaskan jaket,” sambungnya.

Abdul Latif pun sempat protes lagi kepada pihak security karena tidak mampu menyediakan kursi roda.

Tak hanya itu, sembari mencari kursi roda, keluarga pasien yang juga mengurus proses administrasi ditempat registrasi pasien juga merasa dipersulit.

“Ditempat registrasi saja kami sempat disuruh pulang, dengan alasan rujukan. Sementara 4 hari lalu kami tidak diminta untuk mengurus rujukan dan hanya diberikan surat kontrol oleh Poli dan diminta kembali pada hari ini,” ucapnya.

“Bukan hanya hari ini kami ditelantarkan begini, 4 hari lalu waktu kami bawa orang tua kami ke IGD, kami menunggu hingga kurang lebih 30 menit tapi tak satu pun perawat yang mau menjemput pasien, hingga akhirnya kami berinisitif mengambil sendiri kursi roda diruang IGD dan membawa pasien masuk ke ruang IGD dengan bantuan security. Ini jelas sudah sangat tidak manusiawi dan sangat jelas betapa bobroknya pelayanan di RS Regional ini,” kesal Abdul Latif.

ek/rfa

image_pdfimage_print
Spread the love

Komentar